Tuhan Baru (5)
- Tuhan Baru (1)
- Tuhan Baru (2)
- Tuhan Baru (3)
- Tuhan Baru (4)
- Tuhan Baru (5)
Prinsip yang tertinggi dan paling primer alam semesta adalah ‘sebab’ yang pada esensinya niscaya, yang rantai sebab-sebab berakhir padanya. Seperti yang dipertanyakan secara retorika aleh Baqir Shadr dalam “Falsafatuna”—magnum opus-nya, yaitu “Apakah sebab efisien alam itu adalah sebab material itu sendiri atau bukan?” Di belakang meja dan kayu, ada tukang kayu, ada hal-hal lain yang menyebabkan adanya meja. Sebab-sebab ini akan membawa pada hal yang tidak bisa ditelaah secara matter.
Kemudian Baqir Shadr bertanya lagi (pada kita dan dirinya sendiri), “Apakah pencipta alam ini adalah sesuatu yang bukan materi dan berbeda dengan materi, karena pembuat kursi berbeda dengan materi kayunya, atau ia adalah materi itu sendiri yang darinya entitas alam ini tersusun?”
Mungkin materi pertama yang disebut dengan hyle itu yang dapat dijadikan sebagai titik mula dalam pencarian Yang Ultim bagi pendahaga filsafat. Materi (body, second matter) sebagai substansi yang merupakan gabungan dari hyle (prime matter, al-quwwah) dan morph (ash-shurah) dipastikan dalam metafisika sebagai ‘arena gerak’ sekaligus ‘pelaku gerak’, sebagaimana ditegaskan dalam al-Hikmah al-Muta’aliyah Molla Shadra. Gagasan gerak substansi yang dipersembahkan Shadra tidak melahirkan materialisme versi Islam, tapi menegaskan bahwa gerak dan perubahan tidak hanya bersifat kosmik dan material, karena ternyata gerak dan perubahan adalah karakteristik inheren al-mumkinÃĒt (semua yang tidak eternal).
Akhirnya, gerak, yang selama ini dijadikan ‘mantra sakti’ kaum saintis dan materialis, dapat dijadikan dasar pembuktian terbalik tentang keberadaan sesuatu yang bergerak dan tak bermateri, suatu ‘Kecerdasan’ yang mengatasi dan mengendalikan materi, yang ditandai dengan nama Sang Hyang, Lord. Dewa, Tuhan, Theos, Khuda, Yazdan, Allah, Yahweh, atau apa saja yang terindah, karena itu adalah copyright-Nya.
No comments:
Post a Comment